Kriiiiiing.....!!!!! dengan mata terpejam tangan ku
bergerilya mencari benda iblis itu. Fianlyy ketemu !! akupun segera menekan
tombol on offnya, berharap agar kantukku tak pergi karena hal itu. Namun
sialnya, kantukku telah pergi sehingga mataku sulit untuk terpejamkan dikala
semburaat sang surya tengah mengeksestensikan dirinya.
Sangat teringat bahwa hari ini
adalah hari senin, entah tanggal berapa, tapi pastilah hari ini ketika janji
siap untuk di tepati. Empat tahun lalu dari goresan kata yang terlahir, dari
awal perkenalan hingga pada akhirnya kata-kata mengalir menjadi ruang penyejuk
dalam jiwa.
“Okkey !!!
kali ini aku harus kelihaatan lebih cantik dan mengesankan apalagi ini perayaan
empat tahun aku bersama Dirga !!” Ucap ku di depan cermin.
Aku memutuskan
untuk mandi lebih awal, hal ini bertujuan agar aku bisa bersolek lebih laama di
depan kaca benggalaku. Haha... ini konyol !!
Baru saja
aku memutar 45 derajat knop pintu
kamarku, dering BBM kembali memaksaku kembali ke pulau peraduan malam. Seperti biasanya , setap pagi Dirga selalu
menyempatkan waktunya untuk berceloteh sastra kepadaku.
“Kepada
gadis yang tepat hari ini genap sudah empat tahun bersamaku. Aku merindukanmu
dengan segala rupa hari ketika pagi, siang, dan malamnya, maka siapakah yang
bisa menghalangi gelora cinta bila ia telah membuih hingga samudra kehilangan
buihnya. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana seperti embun yang sederhana,
bening dan menyejukan. Selamat pagi Gishella... Happy Anniv ke empat ya :-* aku
tunggu di danau biasa pukul 10 ! Love you more :-*”
Aku menutup pesan via BBM itu dan
membuat foto kami nampang menjadi wallpaper iphone ku. Aku tersenyum bahagia
setelah membaca rentetan puitis itu. Semngatku semakin menggelora untuk bertemu dengannya.
Tak
henti-hentinya ku pandangi arloji mungil yang menempel di punggung pergelangan
tanganku. Tak seperti biasanya menunggu Dirga selama ini. Cemas dan khawatir
tercampur sudah menjadi satu.
“Ahh... !!! Tidak-tidak, please be
positive thingking !” desisku sembari meyakinkan bahwa takkan terjadi hal-hal
yang tak aku inginkan. Aku membunuh kejenuhan ini dengan mendengarkan ritme
hiphop yang mencoba mengajakku menari, tapi tetap terfokuskan pada kedatangan
kekasih yang telah empat tahun ini bersamaku, yang lama kelamaan membuatku muak
karena terlalu lama menunggu.
Senja telah menggelantung bebas di
garis cakrawala dan alunan hiphop telah ku putar guna membunuh sepi, tapi
mengapa sosok bertubuh besar itu belum datang juga ?? kali ini aku tak bisa meyakinkan bahwa tak ada sesuatu
yang meninpa Dirga.
Aku
memutuskan untuk pergi kerumah Dirga. Nampak dari kejahuan rumpahnya terlihat
segrombolan manusia berpakaian hitam-hitam layaknya tengah bertakziah dirumah
duka.
Aku semakin mempercepat tempo
langkahku menuju rumahnya. Kabar duka yang aku dapatkan, telah memotong
harapanku menjadi serpihan –serpihan luka.
Air mataku seperti sungai, tiada henti melarungkan duka. Kedukaan
tentang kekasih yang sangat begitu aku cintai kini telah tiada. “Dirga tertimpa
kecelakaan di saat menuju danau. Pendarahan yang hebat di kepalanya menjadikan
nyawanya tak tertolong !! kamu yang kuat yaa Giis !!” jelas mamanya sembari
memeluk tubuh lemah ini. Tubuhku terjatuh di dekat Dirga yang telah terbujur
kaku.
Dalam keheningan senja aku duduk
dipinggir danau. Kunang-kunang menjadi satu-satunya cahaya yang menerangi
pandanganku. Tiba-tiba saja aku terkejut melihat sosok Dirga yang tersenyum
melangkah kearahku. Ku tatap wajahnya, dia begitu pucat, hanya senyum yang
menghiasi wajahnya. Tanpa satupun kata terucapkan olehnya. Rindu ini
benar-benar rewel dan menyiksa, saat aku hendak memeluknya erat..... tiba-tiba
realita menyadarkanku bahwa aku baru saja mengikuti pemakaman sore tadi.
E N D
0 komentar:
Posting Komentar