Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Selasa, 04 Agustus 2015

Between Love and Destiny

Kriiiiiing.....!!!!! dengan mata terpejam tangan ku bergerilya mencari benda iblis itu. Fianlyy ketemu !! akupun segera menekan tombol on offnya, berharap agar kantukku tak pergi karena hal itu. Namun sialnya, kantukku telah pergi sehingga mataku sulit untuk terpejamkan dikala semburaat sang surya tengah mengeksestensikan dirinya.
            Sangat teringat bahwa hari ini adalah hari senin, entah tanggal berapa, tapi pastilah hari ini ketika janji siap untuk di tepati. Empat tahun lalu dari goresan kata yang terlahir, dari awal perkenalan hingga pada akhirnya kata-kata mengalir menjadi ruang penyejuk dalam jiwa.
“Okkey !!! kali ini aku harus kelihaatan lebih cantik dan mengesankan apalagi ini perayaan empat tahun aku bersama Dirga !!” Ucap ku di depan cermin.
Aku memutuskan untuk mandi lebih awal, hal ini bertujuan agar aku bisa bersolek lebih laama di depan kaca benggalaku. Haha... ini konyol !!
Baru saja aku  memutar 45 derajat knop pintu kamarku, dering BBM kembali memaksaku kembali ke pulau peraduan malam.  Seperti biasanya , setap pagi Dirga selalu menyempatkan waktunya untuk berceloteh sastra kepadaku.


“Kepada gadis yang tepat hari ini genap sudah empat tahun bersamaku. Aku merindukanmu dengan segala rupa hari ketika pagi, siang, dan malamnya, maka siapakah yang bisa menghalangi gelora cinta bila ia telah membuih hingga samudra kehilangan buihnya. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana seperti embun yang sederhana, bening dan menyejukan. Selamat pagi Gishella... Happy Anniv ke empat ya :-* aku tunggu di danau biasa pukul 10 ! Love you more :-*”
            Aku menutup pesan via BBM itu dan membuat foto kami nampang menjadi wallpaper iphone ku. Aku tersenyum bahagia setelah membaca rentetan puitis itu. Semngatku semakin menggelora  untuk bertemu dengannya.
Tak henti-hentinya ku pandangi arloji mungil yang menempel di punggung pergelangan tanganku. Tak seperti biasanya menunggu Dirga selama ini. Cemas dan khawatir tercampur sudah menjadi satu.
            “Ahh... !!! Tidak-tidak, please be positive thingking !” desisku sembari meyakinkan bahwa takkan terjadi hal-hal yang tak aku inginkan. Aku membunuh kejenuhan ini dengan mendengarkan ritme hiphop yang mencoba mengajakku menari, tapi tetap terfokuskan pada kedatangan kekasih yang telah empat tahun ini bersamaku, yang lama kelamaan membuatku muak karena terlalu lama menunggu.
            Senja telah menggelantung bebas di garis cakrawala dan alunan hiphop telah ku putar guna membunuh sepi, tapi mengapa sosok bertubuh besar itu belum datang juga ?? kali ini  aku tak bisa meyakinkan bahwa tak ada sesuatu yang meninpa Dirga.
Aku memutuskan untuk pergi kerumah Dirga. Nampak dari kejahuan rumpahnya terlihat segrombolan manusia berpakaian hitam-hitam layaknya tengah bertakziah dirumah duka.
            Aku semakin mempercepat tempo langkahku menuju rumahnya. Kabar duka yang aku dapatkan, telah memotong harapanku menjadi serpihan –serpihan luka.  Air mataku seperti sungai, tiada henti melarungkan duka. Kedukaan tentang kekasih yang sangat begitu aku cintai kini telah tiada. “Dirga tertimpa kecelakaan di saat menuju danau. Pendarahan yang hebat di kepalanya menjadikan nyawanya tak tertolong !! kamu yang kuat yaa Giis !!” jelas mamanya sembari memeluk tubuh lemah ini. Tubuhku terjatuh di dekat Dirga yang telah terbujur kaku.
            Dalam keheningan senja aku duduk dipinggir danau. Kunang-kunang menjadi satu-satunya cahaya yang menerangi pandanganku. Tiba-tiba saja aku terkejut melihat sosok Dirga yang tersenyum melangkah kearahku. Ku tatap wajahnya, dia begitu pucat, hanya senyum yang menghiasi wajahnya. Tanpa satupun kata terucapkan olehnya. Rindu ini benar-benar rewel dan menyiksa, saat aku hendak memeluknya erat..... tiba-tiba realita menyadarkanku bahwa aku baru saja mengikuti pemakaman sore tadi.
 


                              E  N  D

0 komentar:

Posting Komentar